Di Bawah Langit Jakarta (Part I)




*Jakarta Ramaaiiii~ Hati ku sepi~


Selamat datang di kota Jakarta! Kota megah yang siap menyambutmu hangat dengan gemerlap lampu gedung tinggi dan soroton tajam dari berbagai jenis kendaraan.
Kamu sekarang tepat berada di bawah langit Jakarta yang kadang terlalu mendung atau mungkin terlalu terik.
Ketika datang ke kota ini, saya tahu bahwa ada banyak kesedihan di bawah langit yang tampak abu. Ada banyak muka-muka (terlalu) lelah penuh masalah, dan ada banyak rindu dari setiap mata-mata sendu.
Saya percaya bahwa di bawah langit manapun kamu berada, maka masalah akan selalu tetap ada. Tapi disini berbeda. Mungkin salahkan saja saya yang memilih lingkungan yang salah dimana terlalu banyak hal-hal menyedihkan yang mengibakan hati saya.

Jakarta adalah pusat kota, maka tak salah jika semua jenis perkara dapat berpusat disini. Kamu tak boleh mengakrabi kata lelah jika ingin terus bertahan di  sini.
Dalam terangnya lampu, dan sirnanya cahaya matahari masih banyak orang-orang yang masih mencari bekal hidup minggu ini, atau mungkin baru saja pulang melewati sekian banyak tiang listrik karena jauhnya perjalanan sampai ke rumah mereka yang jauh dan tidak terlalu besar.
Esoknya sebelum ayam bahkan membangunkan banyak orang, bahkan sebelum muadzin sempat menepuk-nepuk microphone untuk mulai berkumandang, sebagian manusia yang lain yang mungkin baru saja beristirahat sudah kembali berada di pintu masuk stasiun kereta, kembali soal perihal yang sama. Setiap harinya. Inilah Jakarta, kawan. Tak boleh ada kata lelah. Jika lelah maka pulang saja. Jangan kembali mengais setiap sen di bawah langit kota ini.
Saya masih sedikit beruntung, bisa bangun lebih siang meski dengan membayar lebih.

Suatu ketika, saya pulang, menggerutui kota kesepian ini. Suatu ketika saya pulang, melihat sebuah senyum dengan penuh semangat melewati lorong di depan hadapan saya. Saya yakin, laki-laki tua ini lebih tua dari kakek saya sendiri. Saya yakin dua kotak kayu yang dibawanya jauh lebih berat daripada tas ransel isi dompet dan pulpen milik saya. Seketika dia berhenti, menghapus keringatnya. Seketika dia berhenti, kembali menyulam rejeki dari sepatu-sepatu rusak yang disodorkan kepadanya.
"If only you could step in my shoes", pasti Bapak tua paham betul istilah ini :)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suatu ketika, saya yang bosan berencana pergi ke tempat dimana orang-orang bahagia, baik nyata atau tidak, berkumpul. Sebagian tersenyum membawa paper bag merk mahal, sebagian lagi tertawa dengan satu cangkir kopi di hadapan mereka, dan yang lainnya saling bercerita di tempat makan yang setiap bentuk pelayanannya bernilai 5% atau lebih dari total pembayaran dengan pajak 10% sebagai bentuk kewajiban.

Iya, saya kesini untuk memastikan bahwa sayapun bagian dari orang-orang yang berbahagia ini. Saya bagian dari komunitas mereka, nyata atau tidak.

Saya menunggu taksi di pinggir jalan lamaaaa sekaliii.... Semua taksi sudah punya tujuan dari beberepa orang dikursi belakangnya.
Taksi kosong yang lewat tak banyak saya kenal namanya. Entah siapa yang ingin naik taksi mereka jika tidak terpaksa. Entah berapa rupiah yang akhirnya bisa dibawa mereka ke rumah jika semua orang seperti saya.
:(

Akhirnya taksi biru  tak berpenumpang lewat di hadapan saya. Saya tidak akan pernah lupa hari itu.
Sang supir menyapa saya dengan ramah menanyakan arah tujuan saya dan menawarkan rute pilihannya.
Alkisah, dia baru saja melewati rute lain yang tak kalah macetnya berpenumpang laki-laki asing dari negeri lain, tepat sebelum saya. Laki-laki asing tadi ternyata tak hentinya menggerutui Indonesia, nyaris menghinakan, hanya soal macet yang setiap hari nyatanya memang harus kita hadapi. Si supir bercerita bagaimana dia menenangkan penumpangnya sekaligus membela negaranya. Satu kesan yang saya tangkap, Supir taksi yang sedang bercerita dan membawa saya ke tempat yang saya tuju ini sangat menguasai bahasa inggris. Pilihan kata yang yang ia pilihpun tidak main-main. Bahasa indonengsia yang dia gunakan pun punya tingkat kesopanan luar biasa. Saya yakin bapak inii berpendidikan tinggi dan berakhir menjadi seorang supir taksi sebagai pekerjaan utamanya.

Masih dibawah langit yang sama dan di dalam taksi yang sama.............. 
(continue to next part)

Satu Paket "Kehidupan"


Pada akhirnya setiap orang punya masalah hidupnya masing-masing.
Sebab setiap kebahagiaan selalu datang satu paket dengan beberapa hal yang harus dengan bijak disyukuri.

Setiap kebahagiaan punya sisi berbeda yang tidak semua bisa dilihat oleh banyak orang.
Mungkin saja hari ini saya tengah iri pada pekerjaan bagus dari seorang teman. Membanding-bandingkan hidupnya dan hidup yang tengah saya jalani. Merasa bahwa Tuhan tidak cukup adil membagi-bagi kebahagiaannya pada sebagian orang pilihan.
Tentu saja saya salah. And for seriously, saya tidak pernah menganggap Tuhan tidak adil. Kalimat diatas hanya pengandaian.

Saya sekrang sedang mencoba menulis lagi setelah sekian lama melupakan frase-frase yang tidak dapat saya temukan dalam ketukan keyboard dari meja kerja saya yang sibuk.

Saya tahu bahwa mungkin seseorang tengah menyaksikan hidup saya dari apa yang sedikit saya bagi, berandai kalo mereka berada di posisi saya ketika saya pun tengah berandai di posisi mereka.
Menyaksikan mereka yang masih sangat bahagia hidup, memiliki gaji yang cukup tanpa perlu membaginya dengan sebagian penjarah gaji di ibukota bernama " ibu kost" atau harga taksi yang semakin mahal karena setiap kilometernya terhenti oleh deretan mobil yang menyesaki jalanan. Berebut mendapatkannya landasan roda di jalanan yang pajaknya dibayar oleh setiap sen yang juga dipotong dari gaji setiap bulannya. Setiap hal dihitung per-rupiahnya. Setiap orang menghitung untung dan rugi. Dan setiap waktu yang dihabiskan punya biayanya sendiri.

Saya tahu bahwa hidup tidak pernah memberi sesuatu tanpa paket lengkapnya.
Karena setiap kelebihan diberikan untuk menutupi banyak kekurangan disisi lain.
Karena kekurangan disajikan hanya saat kelebihan lain telah, sedang atau akan disiapkan.
Karena hidup akan selalu cukup. Dan karena Tuhan akan selalu Adil.

Buscar

 

CataTan awaN PutiH

Terlanjur jatuh cinta pada awan

yang menutupi birunya langit,
membuat siang menjadi menyenangkan
...dan memberi banyak inspirasi...

About

Catatan Awan Putih Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger