"Nanti kamu
mau kerja dimana?"
"Hahahahhaa,
aku nanti kerjanya di luar negeri dong yah!"
Itu tadi
percakapan kecil saya dan ayah saya sepanjang perjalanan beliau mengantar saya
sekolah sampai kuliah. Iya, saya dan ayah bercerita selalu banyak hal, meski
mendengar di antara lalu lalang jalanan yang ramai itu tidak mudah, apalagi
tidak ada kaca mobil yang bisa menghalangi suara dari luar. Saya duduk manis
saja, sambil ayah menyetir motornya :D
Ini salah satu
pertanyaan favorit ayah ketika mengantar atau menjemput saya sekolah, dan ayah
pasti sudah bosan mendengar saya yang duduk dibelakangnya tertawa dan menjawab
hal yang sama berulang kali tanpa editing dan improvisasi lain. Jawaban saya
sama.
Ternyata ada
banyak mailakat yang mengiringi perjalanan saya dan ayah dari rumah ke sekolah,
lalu pulang dari sekolah ke rumah, beranjak dari rumah ke kampus, kampus ke
rumah. Mereka mungkin sudah bosan mendengar jawaban saya yang sama, hingga
akhirnya saya terjebak juga di sini. Kementerian Luar Negeri. *Yah, at least, langkah awalnya adalah
kata-kata luar negeri* hahaha
Tahun ini di awali
dengan penuh kejutan. Saya benar-benar tak bisa habisnya bersyukur. Malam tahun
baru lalu, menuju ke tahun ini, 2014, saya akhirnya menerima pengumuman
terakhirnya juga. Setelah melewati proses rekrutmen yang sangaaaaaaaaat
panjaaaaaang dan melelahkan. Tidak kurang dari 7 test yang harus saya jalani
hingga akhirnya sampai di sini. Tidak mudah bagi saya yang tidak tinggal di
jakarta tapi harus bolak balik menjalani serangkaian testnya di sini.
Beruntung saya masih di bandung saat itu.
Tidak terlalu jauh meski saya harus pergi sendirian.. Beruntung karena tante
teman saya yang mau mengantar saya dan teman saya untuk test yang pertama
kalinya. Saya sangat berterimakasih.
Beruntung karena
setelahnya ada teman baik juga yang mau saya repotkan karena menginap di sana
selama hampir sepanjang test-test berikutnya.
Hingga akhirnya
saya berada juga di sini. Masih ada sisa 4 bulan dari 8 bulan yang panjang
sampai saya benar-benar berada di dunia kerja ini. Masa diklat ini tentu
harusnya menyenangkan. Iya semua heran jika mereka bertanya kenapa begitu
panjang masa ini harus dilewati. Karena berada di sini tidak akan begitu mudah.
Ada banyak dunia
luar yang belum kami khususnya saya tau. Ada banyak materi yang harus saya
ulang lagi, dan akan banyak konsekuensi yang harus saya jalani sepanjang hidup
saya di sini.
Seperti terjebak
masa depan.
Saya tidak akan
mengeluhkan apapun disini. Karena memang saya tak pantas melakukannya.
Puluhan ribu orang
tahun lalu berdoa agar bisa disini, 3000an diantaranya memohon satu kursi yang
sama yang sedang saya duduki sekarang dari hanya 13 kursi yang diberikan.
Salah satu kursi
langka yang tidak "Diperjualbelikan" di negeri ini.
Iya, seperti
terjebak masa depan.
Ini jebakan paling
manis dalam hidup saya.
Dunia tidak lagi
sebundar globe yang saya lihat di sekolah dulu.
Bumi tidak lagi
mengelilingi matahari seperti pelajaran yang saya dapat dulu.

Dan ketika melihat
peta dunia, saya tidak lagi mencari daratan eropa lalu menemukan kota paris dan
tersenyum seperti yang dilakukan saya dulu.
Dunia sekarang
seperti hamparan luas padang rumput, setiap negara adalah herbivora lapar yang
sedang digembalakan pemimpinnya.
Tidak lagi bicara
soal bumi, tapi Indonesia yang dikelilingi bangsa lain. Bagaimana berada di
belahan bumi lain dan tetap menjadi Indonesia. Bagaimana mengelilingi bagian
dunia lain, lalu kembali ke titik paling indah dari bagian bumi ini, Menetap
kembali, lalu ditugaskan kembali dalam hitungan tahun.
Ketika melihat
peta dunia, saya hanya berandai di titik mana saya kelak, lalu mencari di titik
mana orang-rang yang saya cintai berada. Lalu saya akan tersenyum membayangkan
mereka akan bisa berada selalu di sisi saya. :)
Tapi saya akan
masih tetap dan memang harus tetap merasa bersyukur. Sekarang saya juga harus
mensyukuri resiko yang datang satu paket dengan kebahagian-kebahagiaan ini.
Semoga Allah senantiasa memudahkan semuanya, memberi jalan terindahnya :)
Tidak ada yang
perlu saya takutkan, Allah memilih saya karena bahkan Ia yakin saya mampu
melaluinya. Allah pasti menyiapkan skenario paling indah dalam jebakan masa
depan saya :)