Hei, Teman :)


Hai teman, kau tentu saja pernah penasaran bagaimana kelak kau akan dikenang.
Maka izinkan saya menulis sedikit kabar dari sini, bagaimana kami menceritakanmu kembali..

Tak ada makhluk yang tercipta sempurna, begitupun dengan kami dan dirimu.
Kita hanya sekumpulan manusia biasa yang tanpa sengaja dipertemukan lalu dikenalkan dan dijadikan sebagai teman.
Kita, kami dan dirimu, memang tidak sempurna, tapi ada yang sedikit berbeda dari caramu memandang sesuatu.
Kita, kami dan dirimu, memang tidak sempurna, tapi entah bagaimana caranya hingga kau selalu punya cara memilih bagian dari diri kami yang bisa kau puji.
Entah itu hanya perihal cara berpakaian, prinsip ala kadar yang kami pegang, atau hanya soal pipi merah yang bisa seketika merona. Kau selalu punya alasan untuk memuji.
Dan kami akhirnya selalu punya alasan hari ini untuk disyukuri dari pujian yang kau beri.

Kita, kami dan dirimu, punya masalah masing-masing.
Tentu saja  kami selalu sibuk dan kadang terlalu sibuk dengan masalah kami sendiri.
Tapi entah mengapa, kau selalu punya banyak waktu menawarkan bantuan diantara sekian banyak masalahmu yang bahkan jarang sekali kau ceritakan.
Kami, oke saya, selalu jadi salah satu teman yang kau tawarkan bantuan, meski kadang lalu saya sibuk dengan masalah saya sendiri.
"Kau punya seribu tangan untuk membantu dan satu mulut bisu untuk mengeluh."

Bagaimana caranya memberikan perhatian? Kami selayaknya bertanya kepadamu dulu.
Kita, kami dan dirimu, dikenalkan tidak pada masa yang haus perhatian.
Kita, kami dan dirimu, sedang belajar menjadi dewasa dan mengurusi hidup masing-masing. Tapi tidak denganmu. Bagimu, setiap pelik yang kami hadapi adalah kekhawatiran yang patut kau urusi. Boleh jadi kau hanya bertanya sudahkah kami makan, atau apakah kami benar-benar bisa hidup hari ini...

Ini kabar dari sini, teman. :)
Kini kami harus belajar mensyukuri setiap hal yang kami miliki, karena tak ada lagi si pemuji yang mengingatkan kami perihal ini.
Kini tak ada yang tanpa diminta rela menawarkan tangan, merangkul kami yang bahkan tak sempat menceritakan kesusahan.
Kini kami kehilangan yang selalu tau cara membagi perhatian. Selalu hadir membawa kekhawatiran sebagai bentuk pelukan hangat seorang teman..

Kami mengenangmu dengan baik teman. Kami mengenang semua hal baik dari mu. Hanya kebaikan yang kini jadi sisa kenangan.
Terimakasih karena mngajarkan kami banyak hal, banyak hal yang tidak semua teman dapat ajarkan kepada kami.

Tenang dan tersenyumlah dari sana. Bukan kah sekarang kau menjadi lebih dekat dengan-Nya.

Sampaikan salam kami pada-Nya, akan kami kirimi kau surat dalam doa sebagai bentuk kabar penuh cinta.

-with love to our lovely friend, Yeni Masitoh-
:)




Surat Untuk Ramadhan

*has been written on 12th of July 2015, 25th of Ramadhan 1436 H*

Hai Ramadhan, terimakasih karena masih mengizinkan aku mampir dan berteduh dari segala jenis hujan dan gemuruh bulan lalu.
Kau selalu saja penuh kejutan setiap tahunnya, menghadiahkan aku yang bukan apa-apa berbagai cerita perihal mendekatkan diri dengan yang Maha Kuasa.
Hari ini sudah hampir 25 hari sejak hilal mu membawa kegembiraan segenap umat, menyambutmu dengan segala peluk hangat.
Tahun ini, aku sendiri lagi seperti tahun lalu. Karena tanpa hitungan ayah dan ibu aku masih menghitungnya sebagai sendirian. Aku tetap patut mensyukuri semuanya, bisa bangun sahur tanpa ada yang harus nyaris marah, atau sekedar memilih buka puasa sendiri sambil menyusuri jalanan yang penuh jajanan.
Nyaris setiap akhir minggu, aku punya kesempatan bertemu dengan beberapa teman lama. Berjumpa dan kembali mengisahkan perihal kebodohan jaman dulu. Yah meski tak banyak teman yang bisa diajak berbagi cerita disini.

Hai ramadhan, satu hari mu kuambil untuk pergi jauh dari pusat kota, menuju sebuah rumah teman kerja.
Jauh kami menaiki kereta yang padat dengan berbagai wajah. Tapi perjuangan kami tak sia-sia.
Kami disambut hangat oleh sebuh keluarga, yang meski berbeda keyakinan, bersedia menyajikan sebuah rasa tentang berbuka puasa bersama keluarga. Terimakasih paramitha :)

Ada satu juga yang tak akan aku lupa, bahwa ramadhan kali ini masih saja diganggu gerimis sisa bulan lalu. Aaah, tapi bukankah kita jadi punya banyak waktu untuk menyadari bahwa Allah pun Maha Pencemburu :")

Hai ramadhan, tak terasa bahwa sebentar lagi kau akan pergi lagi, meninggalkan aku yang masih kebingungan mengisi pundi-pundi amalan yang belum juga penuh. Yang masih bersedih karena tak mampu jadi lebih baik dari saat aku mampir tahun lalu.
Aku akan melangkah lagi menyusuri waktu, dan izinkan aku kembali  lagi nanti. Meyakinkan bahwa tahun depan kau akan aku sambut dengan lebih siap, dengan hati yang jauh lebih dekat.
Ramadhan, izinkan aku membawa semua perihal baik yang aku petik dari taman rumahmu kali ini, sebagai bekal agar aku mampu menyusuri waktu, mendekatkan diri pada yang Maha Pengasih sampai tiba lagi berjumpa denganmu.

When Your Inner Circle "Leave" You

*menulis di sela-sela jam kerja itu menyebalkan, apalagi kamu tau bahwa kaca-kaca di kornea bisa saja pecah jadi buliran air di sudut mata*

Dua ribu lima belas  dimulai dengan berdatangannya undangan dari teman-teman lama maupun teman-teman baru. Tapi semua tidak pernah jadi masalah, ditinggalkan mereka bukan masalah besar.  Kabar-kabar bahagia dari mereka tidak pernah memaksa saya berpikir panjang tentang bagaimana kehidupaan saya ke depannya. Saya turut berbahagia kepada teman-teman yang pada akhirnya menemukan belahan hati mereka, dan berjanji menua bersama.

But, it's different case, dude. It's when your closest inner circle finally said that she finally found her man.

Saya menyebutnya innercircle, my closest inner circle. Lingkaran terdekat dari kehidupan pertemanan saya. Dimana saya yang punya kekuasaan penuh untuk memperbesar atau memperkecil nilai "r" atas kedekatan saya terhadap mereka.
Boleh jadi teman-teman saya yang lain mengabarkan kabar yang jauh lebih dini dari ini, tp itu tidak pernah berpengaruh banyak. Jarak "r" mereka membuatnya tidak pernah menyentuh bagian rapuh dalam diri saya. *aelah*

Tiba-tiba hati saya sedih. Saya merasa bersalah atas kesedihan yang saya rasakan di atas kebahagiaan teman terbaik saya.
Saya tidak pernah tahu, rasa sedih ini datangnya dari mana.
Saya seperti ketakutan akan kehilangan sesuatu.
Seperti akan ditinggalkan sendiri. hahaha *lebay



 Menjadi saksi dan menyaksikan sebagian dari hidup seorang teman baik ternyata berpengaruh banyak terhadap apa yang saya rasakan saat itu.
Iya, saat itu.
Saya kini sepenuhnya bahagia atas kabar baik yang disampaikan pada saya :)
Yeeeeey!! :D

Selamat menua sendiri hari ini, dan Selamat atas rencana untuk segera berjanji menua bersamanya.

Sekarang saya sepenuhnya memahami dan meyakini bahwa saya tidak pernah ditinggalkan dalam hal apapun.
Kita berputar atas poros kita sendiri. Kita punya jalan, cara, dan waktu masing-masing.
Dalam lingkaran milik saya sendiri, saya menyaksikan lingkaran-lingkaran lain yang saya beri jarak masing-masing berputar dalam masing-masing putarannya. Dan kehidupan memiliki kebebasan penuh atas putarannya sendiri.

Ahhhhh,,,, saya akan segera menyaksikan "most waiting bride tobe" setelah banyak drama yang "ehhm" dilalui.hahahha
Selamaaaaaaat menyiapkan segalanya.

I'll be still your best no matter how many kids will you have, or how old your kids will be. :D


I know, today will not be your best day, because you're waiting for bigger day this year. :D
Selamat menanti Hari terbahagia dengan segala macam pernak perniknya.

*doakan sayapun* eeehhhhhh... *santai ah* hahahha

:p







Buscar

 

CataTan awaN PutiH

Terlanjur jatuh cinta pada awan

yang menutupi birunya langit,
membuat siang menjadi menyenangkan
...dan memberi banyak inspirasi...

About

Catatan Awan Putih Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger